Teori Abiogenesis
dan Biogenesis
PENDUKUNG TEORI ABIOGENESIS terjadi
begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis
ini disebut juga paham generation spontaneae. Tokoh pencetus teori ini adalah Aristoteles dan Nedham.
Pada percobaan Aristoteles,
tanah yang direndam air akan muncul cacing. Percobaan Nedham, yaitu merebus
kaldu dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup menggunakan
gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham
berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation
spontanea kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup
yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya
secara spontan, misalnya :
1. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang
membusuk.
A) Teori Harold Urey (1893)
Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertama kali
di atmosfer. Pada saat tertentu dalah sejarah perkembangan bumi, terbentuk
atmosfer yang kaya akan CH4 (metana), NH3 (ammonia), H2 (hidrogen) dan H2O
(air). Molekul-molekul ini dengan bantuan petir yang menimbulkan loncatan
listrik dan sinar kosmik akan membentuk asam amino yang merupakan awal dari
kehidupan.
B) Teori Oparin
Oparin sependapat dengan Urey bawah kehidupan pertama
terjadi di cekungan pantai yang bahan-bahannya dari lautan.
PENDUKUNG TEORI BIOGENESIS
A) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Spallanzani menyangsikan kebenaran paham abiogeensis.
Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan
percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan
daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani
selengkapnya adalah sebagai berikut:
· Labu
I : diisi air 70 cc air kaldu,
kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa menit dan dibiarkan
tetap terbuka.
· Labu
II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup
rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan
mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang.
Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air
kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
Labu I
: air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi
bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air
kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
Labu II :
air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti
semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu
ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba,
airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro
Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan
berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara.
Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke
dalam air kaldu tersebut.
B) Percobaan Louis Pasteur
(1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis.
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro
Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat
labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :
Langkah I : labu disi 70 cc
air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan
mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut
dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan
dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu
diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap
jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang
aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata
air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat
percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati.
Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian
yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang
bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas
tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk
bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk.
Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi
akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian
terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara
spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani dan Pasteur
tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru
tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu
menyatakan :
1. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk
hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur
berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah
berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus
mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana
terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
0 komentar:
Posting Komentar